SEKILAS PINTAS PANJAT TEBING ( ROCK-CLIMBING )
Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan
mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang
tinggi), hanya di sini kita menghadapi medan yang khusus.
Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, Mountaineering dapat
dibagi menjadi : Hill Walking, Rock Climbing dan Ice/Snow Climbing. Hill
Walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan
perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival.
Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya suatu perjalanan.
Untuk Rock Climbing, medan yang dihadapi berupa perbukitan atau tebing
di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh
atau untuk menambah ketinggian. Ice/Snow Climbing hampir sama seperti
halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan
atau tebing es/salju .
TEKNIK –TEKNIK DASAR PANJAT TEBING
1. FACE CLIMBING
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan
atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan.
Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk
mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan
menempatkan tubuhnya merapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah.
Tangan manusia tidak dapat digunakan untuk mempertahankan berat badan
dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat
melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan.
Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan
timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk
tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki)
akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. FRICTION ( SLAB ) CLIMBING
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya
penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu
vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan.
Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan
bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan
maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
1. FISSURE CLIMBING
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang
seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa
pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut;
• Jamming, teknik
memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari
tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah
sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
• Chimneying, teknik
memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara
celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel
pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua
tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas
bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
• Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar
(gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai
pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki
sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan.
• Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical
dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait
tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk
menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik
kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas
silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Penggunaan /Pemakaian Alat
1. FREE CLIMBING
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling
baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan
dengan dibekali keterampilan yang prima yang diperoleh dari latihan
yang baik/ disiplin dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free
climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat
tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam
pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
2. FREE SOLOING
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar
melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam
pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan
free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui
segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan
kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu
tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free
soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama.
Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang mampu dan sangat mahir serta benar-benar professional
dengan apa yang akan dilakukannya/dipanjat.
3. ARTIFICIAL CLIMBING
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku
tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena
dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak ada
sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.
Sumber:
www.facebook.com/pages/Estepe/140819622782636
Tidak ada komentar:
Posting Komentar