JALUR ( TRACKING ) GUNUNG SALAK
Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang secara administratif
berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
Gunung ini memiliki beberapa puncak diantaranya adalah Puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 m dpl dan Puncak Salak II dengan ketinggian 2.180 m dpl.
Gn Salak masuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung SalakHalimun (
TNGSH) . Dan memiliki peraturan atau tata laksana yang berbeda
dibandingkan dengan tempat wisata pada umumnya, TamanNasional sebenarnya
lebih ditujukan sebagai kawasan konservasi alam dan penelitian.
Jadi semakin banyak orang datang, semakin merugikan. Untuk itu dibuatlah
berbagai strategi dan ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan UU No
Tahun 1990. Salah satu nya adalah dengan dibuat manajemen pendakian
yakni dengan cara membatasi kuantitas pengunjung (SISTEM KUOTA) ,
seperti yangtelah diterapkan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango sejak era 80 an.
Perijinan dan prosedur
pendakian tidak serumit dan seketat Gn. Gede –Pangrango, kita bisa
langsung datang dan mengisi formulir ygtersedia. Cukup menyediakan copy
kartu identitas. Bila ada yangbelum berumur 17 tahun wajib menyertakan
Surat ijin Orang tua. Tapibila anda sengaja menyelonong masuk jangan
kaget atau heran kalau tiba-tiba dicegat dan dipaksa turun oleh Para
Volunteer yg setiap saat bisa mengadakan monitoring, patroli dan atau
sweeping di Jalur Kawah Ratu dan Jalur ke arah puncak.
Selain
Puncak Salak I yang menjadi titik tertingginya, tempat yangpaling
menarik adalah Kawah Ratu. Kawasan penuh kepulan asapbelerang kurang
lebih seluas dua lapangan bola ini sungguh merupakanpemandangan yang
sangat menarik. Menyaksikan bumi "bernapas"bukanlah pemandangan
sehari-hari dan sangat layak dijadikan salahsatu moment yang dikenang.
K2 (Kawah Katu) sering dijadikan plesetannama Kawah Ratu, mengacu pada
nama puncak tertinggi ke-2 di dunia dipegunungan Karakoram sana. Hal
lain yang cukup menarik perhatian di G Salak adalah pacet. Hewan tak
bertulang belakang mungil sebesar lidi ini kalau sudah menghisap darah
bisa menggelembung berlipatbesarnya dan tidak akan melepaskan gigitannya
sebelum kenyang.
Menurut data satelit, gunung Salak memiliki 7
(tujuh) puncak yang merupakan sisa letusan ribuan tahun lampau. Sampai
sekarang puncak yang sering dijelajahi pendaki hanya 2 puncak saja,
yaitu Puncak I (2.211 mdpl) dan Puncak II (2.098), karena sulitnya medan
dan gunung ini tidak terlalu populer dikalangan para pendaki.
Dibandingkan gunung terdekatnya, G.Gede dan G.Pangrango, G.Salak hanya
di daki untuk event-even yang khusus saja seperti acara pelantikan
ataupun pelatihan navigasi, SAR dan jungle survival.
Gunung
Salak bukanlah nama dari tanaman salak, namun berasal dari bahasa
sangsekerta “salaka” yang berarti perak. Letusan terakhir gunung ini
terjadi pada tahun 1938 berupa erupsi freatik yang terjadi di kawah
Cikuluwung Putri.
Gunung ini memiliki kontur yang sama
sebagaimana tekstur geologi gunung berapi umumnya, sehingga ada
punggungan dan lembah yang beraturan. Punggungan yang terdekat mencapai
puncak Salak I adalah lewat Cimelati ini. Kurang lebih 4-5 jam kita
dapat mencapainya. Jalan setapak yang dilalui sangat rimbun, apalagi
binatang melata dan mamalia seperti ular, monyet serta burung Elang
Jawa-pun yang langka dapat kita jumpai di gunung ini. Hanya saja saat
ini, ke aneka ragaman hayati di G. Salak yang eksotis ini sudah mulai
terganggu ekologi dan ekosistemnya dengan adanya penebangan dan
perburuan liar serta banyaknya penambangan emas liar (illegal).
Pendakian Gunung Salak dapat melalui beberapa jalur pendakian. Puncak
yang sering didaki adalah puncak I dan II. Puncak Salak I dapat didaki
dari arah Cimelati dekat Cicurug, Cidahu Sukabumi atau Kawah Ratu Gunung
Bunder.
Untuk mendaki gunung ini sebaiknya dilakukan pada
pertengahan musim kemarau. Pada musim kemarau jalur pendakian tidak
terlalu becek, angin tidak terlalu kencang, dan tidak ada pacet atau
lintah.
Namun banyak juga pendaki yang memiliki favorit untuk
melakukan pendakian adalah pada musim hujan. Alasan mereka karena
musim penghujan terdapat persediaan air berlimpah dan suasana hutan
yang lembab. Apabila musim paceklik air sulit sekali diperoleh, karena
sungai debit dan volume airnya sangat sedikit.. Jalur Cimelati ini juga
memiliki 3 buah air terjun yang sangat indah dan hanya dapat dinikmati
pada musim penghujan saja.
Selain alasan masalah air, para pendaki
yang memilih mendaki pada musim penghujan adalah karena faktor alasan
keamanan dan keselamatan pendaki dari bahaya kebakaran hutan .
Berikut adalah beberapa jalur ( rute ) pendakian Gunung Salak :
JALUR CIDAHU /CANGKUANG (SUKABUMI)
Salah satu jalur yang sering dipakai oleh pendaki gunung adalah dari
Wana Wisata Cangkuang, Kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi. Dari
Jakarta menuju ke tempat ini dapat menggunakan bus jurusan Sukabumi atau
kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi kemudian turun di Cicurug.
Selanjutnya dari Cicurug sambung dengan mobil angkot jurusan Cidahu.
Dari tempat ini ada dua jalur pendakian, yakni jalur lama yang menuju
puncak I dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Wana Wisata Cangkuang
sering digunakan menjadi perkemahan dengan pemandangan air terjun yang
indah dan sering digunakan pendaki menuju ke Kawah Ratu. Dari jalur ini
pula pendaki dapat menuju ke Puncak Salak I.
Di pintu masuk
Wana Wisata ini terdapat tempat yang nyaman untuk berkemah, juga
terdapat banyak warung makanan. Dari jalur ini dapat menuju Kawah Ratu,
waktu yang diperlukan adalah sekitar 3-5 jam perjalanan. Sedangkan
untuk menuju ke puncak Gunung Salak I diperlukan sekitar 8 jam
perjalanan.
Dari perkemahan menuju shelter III memiliki jalur
awal curam, kemudian lembab dan basah. Pada musim hujan jalur ini
merupakan jalur licin dan curam, perjalanan tertolong oleh akar-akar
pohon. Pada shelter ini terdapat sungai yang jernih dan terdapat tempat
yang cukup luas untuk mendirikan tenda dengan pemandangan hutan tropis
yang lebat.
Menuju shelter IV, jalur semakin curam. Jalur ini
berupa tanah merah. Di beberapa tempat, kamu akan melewati beberapa
tempat becek sedalam dengkul kaki. Pada jalur ini juga pendaki akan
melewati dua buah sungai yang jernih airnya. Untuk pendakian jalur ini
sebaiknya mengambil air jernih di sini karena pada musim kemarau sungai
ini menjadi sumber air bersih terakhir.
Shelter IV merupakan
persimpangan jalan. Untuk menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri,
sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. Di
shelter ini memiliki area yang cukup luas untuk membangun tenda.
ESTIMASI WAKTU TEMPUH ;
Dari Bumi perkemahan - Shelter I = 1 jam
Shelter I - Shelter II = 1 jam
Shelter II - Shelter III = 1 jam
Shelter III - Shelter IV = 1 jam
Shelter IV - Shelter V = 1 jam
Shelter V - Shelter VI = 1 jam
Shelter VI - Shelter VII = 1 jam
Shelter VII - Puncak = 30 menit
Menuju Kawah Ratu
Dari Shelter IV menuju Kawah Ratu diperlukan waktu sekitar 1 jam. Kawah
ratu terdiri dari 3 kawah, Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah
mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu merupakan kawah aktif yang
secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang. Di tempat ini dilarang
mendirikan tenda dan dilarang minum air belerang.
Menuju Puncak Gunung Salak
Dari Shelter III menuju shelter IV akan membutuhkan waktu 1 jam.
Perjalanannya akan melintasi akar-akar pohon yang tertutup tanah lunak
sehingga kaki bisa terpelosok. Dari tempat ini akan terlihat Kawah Ratu
dengan sangat jelas. Setelah melewati sungai kecil dan tempat yang
sangat luas, pendaki berbelok ke kanan. Kemudian berjalan ke kiri
mengikuti pagar kawat berduri.
Jalur ini sangat sempit, sedikit
turunan, agak landai, juga curam. Pada sisi kiri dan kanan jalan berupa
jurang yang curam dan dalam. Pada jalur ini ditutupi rumput dan pohon.
Satu jam melintasi jalur ini pendaki akan melintasi akar-akar pohon dan
bebatuan.
Jalur shelter V sedikit menurun kemudian kembali
menajak tajam. Pendaki akan memanjat tebing batu curam. Menuju shelter
VI memerlukan waktu sekitar 1 jam, jalur semakin curam dan sempit
sehingga tidak ada waktu untuk beristirahat.
Pada shelter VII
pendaki perlu waktu sekitar satu jam untuk mendaki punggung gunung yang
semakin menanjak. Pada jalur ini pendaki akan banyak melintasi akar
pohon sehingga bila angin bertiup pendaki akan ikut bergoyang. Dari sini
hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menuju puncak Gunung Salak
I, jalur ini sudah tidak terlalu curam.
Sampailah pada puncak
Gunung Salak I, Puncak Gunung ini masih banyak ditumbuhi pohon-pohon
besar. Tempatnya sangat luas dan dapat digunakan untuk mendirikan
beberapa tenda. Di puncak ini terdapat beberapa makam kuno, diantaranya
makam Embah Gunung Salak yang nama aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin
Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah. Tidak jauh dari makam Embah Gunung
Salak, terdapat makam kuno yang lain, yakni makam Raden Tubagus Yusup
Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah. Di puncak Gunung Salak I ini juga
terdapat sebuah pondok yang sering digunakan oleh para peziarah untuk
menginap.
JALUR GIRI JAYA ( CURUG PILUNG )
Jalur Giri
Jaya terdapat di Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan
Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Menuju Puncak Gunung Salak dari jalur ini
dapat dilalui dengan waktu tempuh 5 – 8 jam perjalanan. Jalur ini berada
di Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu,
Kabupaten Sukabumi. Untuk menuju desa Giri Jaya dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan Ojek dari Cicurug. Atau pendaki dapat berjalan
kaki dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam perjalanan.
Dari pintu
masuk Wana Wisata Curug Pilung dengan berjalan kaki beberapa meter akan
telihat Gapura pintu masuk Pasareyan Eyang Santri. Dari sana pendaki
dapat berjalan melalui rumah penduduk, kemudian akan sampai kebun-kebun
rumah penduduk. Setelah berjalan 15 menit pendaki akan sampai di sebuah
pertapaan Eyang Santri, disekitarnya terdapat MCK yang terdapatair
bersih di dalamnya. Pendaki harus mengambil air bersih dari sini karena
melalu jalur ini hingga mencapai puncak tidak terdapat mata air.
Di bawah pertapaan Eyang Santri terdapat air terjun yang indah, namanya
air terjun Curug Pilung. Daerah ini juga dapat digunakan untuk
berkemah.
Dari lokasi pertapaan Eyang Santri pendaki akan
melewati jalur yang agak landai, melewati pohon pohon damar. Bila cuaca
bagus dari sini dapat terlihat Gunung Gede dan Gunung Pangrango dengan
sangat jelas. Lereng-lerengnya banyak ditumbuhi pohon besar dan lebat.
Dalam waktu 1 jam perjalanan jalur masih agak landai dan melewati jalan
yang sempit dan licin.
Sekitar 3-4 jam perjalanan pendakian,
kita akan sampai pada sebuah makam Pangeran Santri. Di sekitar makam
terdapat mushola dan sebuah pondok. Dari makam ini jalur semakin curam,
melawati akar dan tanah. Dari tempat ini masih diperlukan waktu 2 jam
perjalanan untuk menuju puncak. Di beberapa tempat harus menaiki batu
batu besar yang licin yang disekitarnya adalah jurang. Selain itu
terdapat akar yang tertutup lumut, bila menginjak tanah akan terjeblos
ke celah-celah akar. Di daerah ini biasanya sering dijumpai hewan
monyet dan berbagai jenis burung. Selanjutnya kita akan sampai di
pertemuan jalur yang berasal dari Cangkuang, tepatnya di shelter VII.
Dari Shelter VII jalur sudah mulai agak landai melewati akar-akar pohon.
Sekitar 10 menit kemudian kita akan sampai di puncak Gunung Salak I.
KUTAJAYA / CIMELATI
Jalur Kutajaya atau Cimelati adalah jalur pendakian ke puncak Gunung
Salak yang paling pendek dan paling cepat, namun di sepanjang jalur
pendaki akan sulit menemukan sumber air, sehingga air bersih harus
dipersiapkan sejak dari bawah.
Untuk menuju Kutajaya dari Bogor
pendaki naik mobil ke jurusan Sukabumi turun di Cicurug atau Cimelati.
Cicurug adalah kota kecamatan yang masuk ke wilayah kabupaten Sukabumi,
segala perlengkapan pendakian harus dipersiapkan di sini. Dari pasar
Cicurug yang juga merangkap terminal kita dapat mencarter mobil ke
Kutajaya atau naik ojeg. Kendaraan umum hanya ada di pagi hari, itupun
dalam jumlah sangat terbatas.
Perjalanan dimulai dari desa
Kutajaya dengan menyusuri ladang dan kebun pertanian penduduk, karena
banyaknya percabangan maka perjalanan sebaiknya dilakukan siang hari,
usahakan untuk selalu mengikuti punggung gunung.
Bila agak
sulit menemukan jalur bisa mengikuti arah ke air terjun. Terdapat
tanda-tanda yang jelas pada setiap pos, namun tanda-tanda penunjuk arah
menuju puncak sangat jarang. Disepanjang jalur ini tidak ada tempat yang
cukup luas dan datar untuk membuka tenda. Di beberapa pos terdapat
tempat yang cukup untuk mendirikan 1-2 buah tenda ukuran kecil. Jalur
ini jarang dilewati pendaki sehingga kadangkala tertutup rumput dan
dedaunan.
Setelah melintasi ladang pertanian penduduk, pendaki
melintasi hutan yang cukup lebat namun tidak terlalu lembab. Selanjutnya
akan dijumpai pertigaan dari Kutajaya, air terjun dan menuju puncak.
Berjalan menuju ke arah puncak sekitar beberapa ratus meter akan
dijumpai Pos 3. Jalur ini terus menanjak melintasi hutan-hutan yang
cukup lebat. Saat di Pos 4 kita akan menemukan percabangan lagi. Di sini
terdapat pipa saluran air, jangan mengikuti pipa saluran air, baik yang
ke atas (kiri) maupun ke bawah (kanan).
Setelah melewati Pos 4
jalur kelihatan cukup jelas dan tidak banyak percabangan lagi. Dengan
berjalan menempuh sekitar 1 jam kita akan sampai di Pos 5. Jalur semakin
menanjak melintasi hutan lebat dan kadangkala pendaki harus melintasi
akar-akar pohon. Sepanjang jalur Kutajaya ini kita akan menjumpai
pemandangan monoton hanya berupa hutan-hutan, namun kalau beruntung kita
kadangkala akan melihat satwa-satwa seperti aneka jenis burung, juga
suara-suara monyet, bahkan seringkali rombongan monyet melintasi jalur
ini.
Untuk menuju Pos 6 diperlukan waktu sekitar 1 jam
perjalanan. Di Pos 6 terdapat tanah datar yang cukup untuk mendirikan 1
buah tenda. Masih diperlukan lagi waktu sekitar 1 jam perjalanan untuk
menuju puncak Gunung Salak I.
Penjalanan melewati jalur ini
akan sampai tepat di samping makam Mbah Gunung Salak atau puncak Gunung
Salak 1 dengan ketinggian 2.211 mdpl.
PASIR REUNGIT
Untuk menuju ke Pasir Reungit dari stasiun Bogor kita bisa naik
kendaraaan umum / angkot jurusan Bubulak. Kemudian dari terminal Bebulak
disambung dengan angkot jurusan Leuwiliang, turun di simpang Cibatok.
Dari Cibatok disambung lagi dengan mobil angkutan pedesaan atau dengan
ojek ke Gunung Picung atau Bumi Perkemahan Gunung Bunder yang berakhir
di Pasir Reungit.
Untuk menuju puncak gunung Salak I jalur ini merupakan jalur terpanjang karena harus memutar dan melintasi Kawah Ratu.
Jalur pendakian dari Pasir Reungit ini untuk menuju ke Kawah Ratu
memiliki medan menanjak (ekstreem) dan berbatu melewati air terjun.
Di rute ini dapat dijumpai dua kawah berukuran kecil, yakni Kawah
Monyet dan Kawah Anjing. Pada musim hujan beberapa bagian medannya
berubah menjadi daerah aliran air alami.
Di sekitar Desa Pasir
Reungit terdapat perkemahan dan tiga mata air yakni, Curug Cigamea
Satu, Curug Cigamea Dua, dan Curug Seribu, yang dapat disinggahi sebelum
ke Kawah Ratu. Curug Cigamea ini tingginya kurang lebih 50 meter.
Tidak jauh dari kampung Pasir Rengit, terdapat Curug Ngumpet. Tumpahan
airnya cukup lebar dengan ketinggian sekitar 20 meter. Sedangkan Curug
Seribu memiliki tinggi mencapai 200 meter, dan tumpahan curug cukup
besar dan menyatu, sehingga dari jarak jauh sudah terasa percikan airnya
yang lumayan dingin.
Sumber:
www.facebook.com/pages/Estepe/140819622782636
Tidak ada komentar:
Posting Komentar