SABAR GORKY
Man of The Year 2011 RMOL( dalam kategori Inspiring )
Sabar, demikian nama pendaki tunadaksa berkaki satu dari Indonesia
berjuang sekuat tenaga melawan cuaca yang mudah berubah saat mendaki.
Badai menerjang, dia tak tunduk. Dengan
sabar, sesuai si empunya nama, dirinya mampu menembus terpaan badai,
menaklukan puncak Elbrus, gunung tertinggi di Eropa saat perayaan
kemerdekaan RI. Dengan proses berliku, inilah nukilan cerita sang
pejuang gigih tersebut…
Setelah bermalam dua hari di ibu kota
Federasi Rusia, Moskow, dia bersama Tim Rakyat Merdeka Online serta Tim
Ekspedisi Merdeka harus harus terbang ke kota Mineralnye Vody. Lama
penerbangan memakan waktu 2,5 jam. Dari situ, mereka menuju kota
Pyatigorsk yang berjarak 45 km.
Di sinilah awal perjuangan,
meski diantar mobil. Dari kota kecil Pyatigorsk Sabar harus melalui
perjalanan sepanjang 125 km. Ada empat etape besar yang dilalui.
Pertama, menembus kota dan pedesaan Pyatigorks sepanjang 20 km. Kedua,
jalan tanpa aspal di sela gunung. Ketiga, merupakan jalan bebatuan
selebar 3 meter di tepian gunung.
Terakhir, etape menuju
Emanuel berjarak 20 km. Melewati jalan terjal berbatu, pada sisi jalan
ditemukan reruntuhan bukit. Sementara pada sisi kiri jalan, jurang
500-700 meter siap menelan kalau lengah. Naik mobil pun seperti naik
kuda. Hingga akhirnya sampai tujuan setelah melewati sungai selebar 200
meter.
Tantangan makin menggunung setelah jalur Selatan ditutup
akibat gangguan keamanan. Tim Ekspedisi Merdeka memutuskan melewati
jalur Utara yang merupakan rute terberat. Bila dianalogikan, jalur Utara
ini tiga kali lebih jauh dibanding jalur Selatan.
Sabar mulai
mendaki Elbrus dari Emmanuel Camp di ketinggian 2500 dpl pada 13
Agustus. Ada tiga tahap dari tempat tersebut. Melewati beberapa bukit
dan tebing curam, Sabar cs merayap menuju Moraine camp (3800 mdpl) dalam
kurun 6 jam. Dia kemudian turun lagi kembali ke Emanuel camp dan
kembali naik keesokan harinya. Pergerakan naik turun seperti ini sangat
diperlukan, agar pendaki tidak mengalami mountain sickness.
Pada 15 Agustus, Sabar bergerak, mengayuh tongkat di kedua lengan yang
dipasangi crampon buatannya sendiri dengan melihat katalog
pendaki-pendaki gunung es. Ini adalah tahap kedua menuju Lenz Rock di
ketinggian 4600 mdpl. Tak lupa, dia menggunakan jaket lapis lima dan
kaca mata ultraviolet akibat salju dengan suhu minus 5 derajat celcius.
Akhirnya setelah mendaki selama 7 jam sampai jua di tujuan. Sehabis
istirahat, Sabar dan tim kembali turun ke Moraine Camp guna menginap
semalam di dalam tenda.
Nahas buat tim, saat kembali naik ke
Lensz Rock, badai salju turun tiada henti. Pandangan mata jadi terbatas
dan crampon si tunadaksa mudah terperosok ke dalam salju. Angin kencang
makin menghambat. Dua anggota tim rontok, melempar handuk tanda
menyerah hingga harus turun lagi. Namun Sabar yang gigih akhirnya sampai
Lenz Rock.
Istirihat satu malam di suhu 10 derajat celcius
ternyata bukan perkara mudah. Sabar harus tidur di tenda dingin
beralaskan plastik ditemani hujan es. “Waktu itu ketebalan salju
mencapai sekitar 5 meter. Saya tidur di tenda yang diselimuti salju
setebal 70 Cm. Biasanya saya tidur di atas kasur,” kenangnya dengan
canda renyah.
Buruknya cuaca pun membuat penundaan
keberangkatan tahap ketiga menuju puncak Elbrus. Awalnya tim berniat
memulai akan memulai perjalanan subuh, pukul 02.00 waktu setempat, namun
urung. Baru pukul 09.00 tim mulai melakukan pendakian pada tantangan
terberat.
Jalur pendakian kali ini dipenuhi tebing terjal. Tali
temali antar pendaki pun dikaitkan agar bila ada yang terperosok
langsung bisa ditarik. Kemiringan curam berbaur hujan salju yang turun
sangat deras ini membuat pendakian makin rumit. Satu kaki dari crampon
sulit digunakan. Tiap sepuluh langkah, tenaga Sabar terkuras sehingga
dia berhenti istirahat.
Sabar bersusah payah harus jatuh
sebanyak 10 kali. Tim Ekspedisi Merdeka hanya menyisakan Sabar ,
pendampingnya dan seorang dari tim Mahapala Unnes. Sejenak lelaki asal
Solo ini pasrah. Lalu, pemandu asal Rusia lalu membangkitkan semangat.
“Come on Sabar. Don’t give up.” Sabar pun digandeng.
Kemudian,
tinggal 300 meter menuju puncak, tebing makin terjal. Akhirnya Sabar
melepas gandengan, memilih jalan alternalitf melewati jalur landai
dengan jarak 1 km. itu pun rasanya begitu berat. Dan, oksigen sudah
menipis. Mereka harus sampai dengan waktu yang sudah direncanakan kalau
tidak mau bahaya mengancam. Dalam detik akhir menuju puncak, Sabar
beberapa kali terjatuh. Semangatnya tak padam, dia kembali bangun tanpa
bantuan.
Tepat pukul 16.45 setempat atau waktu 19.45 WIB, penuh
haru, kental nasionalisme, Sabar menancapkan bendera merah putih yang
dibawanya selama perjalanan pada tongkat sebelah kiri. Sejurus kemudian,
dia sujud dan menjalankan shalat hingga dua rakaat.
Bergelar Gorky
Sabar sang penakluk Elbrus menjadi legenda. Dia setara pendaki
fenomenal Elbrus lainnya, yakni pendaki berkaki lumpuh, Vladimir
Krupennikov (1997) dan Yakov London dari Rusia (2001). Atau, si buta
Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat (2002).
Sabar merupakan
orang Asia pertama yang menaklukan Elbrus. Bahkan, dirinya didaulat
sebagai tuna daksa berkaki satu pertama yang mencapai puncak gunung
tertinggi di Eropa dari jalur Utara.
Atas semangat juang itu,
salah satu staf KBRI di Rusia, Aji Surya menyematkan nama Gorky. Itu
merupakan simbol perjuangan dari proses kegigihan Sabar yang sabar.
Gorky sendiri berasal dari nama seorang sastrawan Rusia, Maxim Gorky
yang aslinya bernama Alexey Maximovich Peshkov. Kisah pahit sastrawan
itu melewati perjuangan keras hingga sukses menjadi maestro. Maxim
sendiri berarti si empunya hidup. Sementara Gorky definisinya pahit.
mendapat kue dari Duta Besar RI di Moskow, Hamid Awaludin
Sabar Gorky menjadi lambang proses kepahitan menjadi manis lewat kerja
keras. When everything is easy, one quickly gets stupid. Begitu salah
satu petikan Maxim Gorky.
Banjir Pujian
Kisah tuna
daksa yang merayakan HUT ke-66 RI di puncak gunung Elbrus atas dukungan
Rakyat Merdeka Online mendapat sambutan meriah. Para tokoh nasional,
mulai dari penguasa hingga oposisi memberi pujian. Presiden SBY sendiri
melakukan perbicangan melalui teleconference. “Halo Pak Sabar. Saya
dengar Bapak berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Elbrus,”
sapa SBY dengan hangat.
disambut presiden SBY
Sementara oposisi sekaligus ekonom senior, Rizal Ramli tak kalah memberi
apresiasi. Baginya, Sabar mencontohkan hidup tak selesai dengan
mengeluh saja. Harus berani keluar dari segala hambatan. “Selamat Sabar,
kami semua bangga atas prestasimu. Tidak banyak orang yang berhasil
mengibarkan panji-panji kebesaran Indonesia nun jauh di Rusia sana,”
ucap mantan Menteri Perekonomian era Gus Dur ini.
Guinness Book Of Record
Menurut catatan yang dimiliki Alpindustria, Sabar merupakan tunadaksa
kaki satu pertama yang mendaki Elbrus dari jalur utara. Tiga
pendampingnya, Sergey, Victor, dan Daniel mengaku merasa bangga bahagia,
dan haru. Mereka terkesima karena baru kali ini mendampingi seorang
penyandang disabilitas ke puncak tertinggi di Eropa dari jalur yang
terkenal berbahaya itu.
Atas keberhasilan ini, ketiganya
sepakat membantu Sabar Gorky agar tercatat dalam Guinness Book of
Records. Berbagai dukungan pun muncul. KBRI Rusia di Moskow juga sepakat
membantu. Begitu pula promotor pendakian yang juga Pemimpin Redaksi
Rakyat Merdeka Online Teguh Santosa, menyambut baik agar nama Sabar
Gorky secepatnya terdaftar di Guinness Book of Records.
Sabar Gorky dan Hasrat Menuntaskan Prestasi
Pernah depresi sewaktu kakinya harus diamputasi setelah terjatuh dari
kereta, Sabar Gorky perlahan menambah kualitas hidup. Terobosan demi
terobosan dia lakukan. Dan, masih tertantang membatik seluruh seven
summits.
Suatu hari di bulan April tahun 1990, usai mendaki
gunung Gede, Sabar pulang menuju kampung halamannya di Solo. Tiba di
stasiun Karawang, Jawa Barat dia berniat membeli minuman. Nahas bagi
Sabar, dia terpeleset sehingga kaki kanannya terlindas kereta. Sabar pun
menjalani perawatan media dengan diamputasi sebanyak tiga kali.
“Amputasi pertama dilakukan di Karawang. Lalu, dua amputasi selanjutnya
di Solo. Akibatnya kaki Sabar hanya menyisakan 5 cm dari pangkal paha,”
begitu cerita sang manajer, Dar Edi Yoga.
Sejak itu, Sabar
larut dalam kesedihan. Sebagai tuna daksa berkaki satu dia merasa putus
asa. Namun berkat dorongan dari keluarga dan para sahabat, Sabar
menerima musibah tersebut dan melanjutkan hidup dengan semangat.
Lelaki kelahiran Solo, 9 September 1968 ini mencoba menyalurkan hobi
lama mendaki gunung yang sudah dia geluti sejak 1985. Pertama, dia coba
menaklukkan gunung Lawu. Namun pada pendakian ini dirinya gagal. Tak
mau menyerah, Sabar mencoba lagi dengan pelatihan sebelumnya. Tanpa
menyerah Sabar akhirnya berhasil hinggap di puncak Lawu. Berawal dari
kebangkitan inilah, semangat Sabar membara dan mulai pendakian gunung
lainnya.
Dalam menafkahi keluarga, suami dari Lenie Indria akhirnya
memilih menjadi laundry gedung bertingkat pencakar langit. Dengan
bekalnya yang jago panjat dinding, Sabar layaknya spiderman. “Sering
pengusaha yang mau kasih proyek pembersihan gedung ragu karena kaki saya
satu. Tapi saya yakinkan dengan foto dokumentasi,” terang ayah dari
Novalia Eka ini. Selain itu, Sabar juga membuka warung minuman seperti
wedang Jahe, yang berlokasi di Solo depan kampus UNS. Warung minuman
yang ia dirikan bernama kedai Gorky.
Nyatanya, pekerjaan ini
menjadi gerbang kegemilangan. Rutinitas bersih gedung ala spiderman itu,
membuat Sabar teruji soal ketahanan fisik serta mental. Hingga dia
kemudian berhasil meraih medali emas nomor lead pada kejuraan panjat
tebing Asian Championship 2009 di Chuncheoen, Korea. “Tidak usah latihan
dulu. Saya ikut pertandingan dan menang,” sumbarnya.
“Tidak
ada yang tidak bisa dilakukan jika kita mau bekerja keras mencapainya,”
demikian dia mengungkapkan soal motto hidup. Karenanya, Sabar yang
memang menyukai olahraga termasuk naik sepeda kerap mengikuti berbagai
perlombaan balap sepeda atau panjat tebing.
Sejatinya, Sabar
adalah lelaki yang mempertanggung jawabkan hidup dengan kualitas. Warga
desa Gendingan, Kecamatan Jebres di Solo ini menjadi ikon refleksi
perjuangan hidup.
Sukses dengan penancapan Sang Saka Merah
Putih di puncak Gunung Elbrus Rusia, dia kembali mengukir prestasi.
Masih dipromotori Rakyat Merdeka Online, dalam Tim Ekspedisi Rakyat
Merdeka, lelaki berkepala botak itu menjajal gunung tertinggi di Afrika,
Kilimanjaro, negara Tanzania. Kegiatan ini dilaksanakan berkaitan
dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November 2011.
berhasil menaklukan patung di HI
Sabar naik kelas. Pendakian Kilimanjaro lebih tinggi dari Elbrus.
Didampingi empat pemandu lokal, petualangan Sabar dimulai pada 11
November tepat pukul 13.00 WIB dari titik pendakian pertama di Maragu
Gate (1.828 dpl) atau terkenal dengan rute Coca-cola. Kemudian berjalan
selama empat jam, rombongan bergerak menuju Mandara (2.743 dpl).
Setelah itu kembali berjalan menuju Horombo (3.799 dpl) selama enam jam.
Setelah beristirahat, Sabar dan tim langsung bergegas menuju Uhuru Peak
yang merupakan puncak gunung Kilimanjaro (5.895 dpl) dengan membukukan
catatan waktu 10 jam perjalanan. Rute terberat, jelas Sabar, dialaminya
saat berjalan menuju Gilman’s Point, yakni titik yang berada antara Kibo
dengan Uhuru Peak.
Medan berbahaya dengan tanjakan terjal
serta ancaman menipisnya kadar oksigen menjadi tantangan. Saat itu suhu
mencapai minus 5 derajat celcius, membuat Sabar dan rombongan
pandai-pandai mengatur ritme. Setelah sampai Uhuru peak (5.985 mdpl),
para pendaki tidak dapat berlama-lama. Sabar lalu menyanyikan lagu
Indonesia Raya dengan kencang membelah serbuan angin. Seketikan nuansa
nasionalisme ke-Indonesia-an kental terasa.
Namun baru saja
selesai menyanyi, tiba-tiba mereka diserang badai salju yang memaksa
mereka turun. Pendakian ini lebih berhasil ketimbang di Gunung Elbrus.
Bila saat mencapai puncak Gunung Elbrus Sabar membutuhkan waktu lima
hari, kali ini hanya butuh waktu tiga hari saja.
Sabar pun
meraih gelar baru, pendaki tuna daksa pertama dunia yang berhasil
menginjakkan kaki di puncak Gunung Kilimanjaro tanpa bantuan dari orang
lain.
Pemandu Senior Gilbert Kabama, di Mosi, Tanzania mengaku
salut. Meski Sabar punya kekurangan, cacat tubuh, tanpa satu kaki,
dirinya pun merasa kesulitan untuk bersaing dengan sesama pendaki.
Setelah pendakian itu, adakah Sang Gorky berhenti? Tentu tidak. Belum
genap sebulan, di awal Desember 2011, Sabar sudah mendaki gunung lagi.
Dalam peringatan Hari Penyandang Cacat Internasional (HIPENCA) dirinya
menggapai puncak Gunung Lawu menggunakan baju khas nasional Indonesia,
batik.
Pemilihan baju batik ini, sekaligus sebagai sosialiasi
program mendatang Sabar Gorky bersama organisasi pemuda pecinta alam Top
Ranger And Mountain Pathfinder (TRAMP) dan tak ketinggalan Rakyat
Merdeka Online, yang akan mengadakan ekspedisi ke beberapa puncak dunia
lainnya di tahun 2012.
Sabar akan membatik puncak gunung
tertinggi di dunia. Rencananya, dia akan menambah daftar taklukan gunung
yang terdaftar dalam 7 summits.
Kalau berhasil dia akan
mencatatkan diri dalam Guinness Book of The record sebagai tunadaksa
pertama kali yang menaklukan 7 summit. Tahun 2012, Sabar akan menaklukan
Carstensz (4884 mdpl) di Papua pada bulan September. Selanjutnya di
bulan Desember menuju Gunung Aconcagua (6.692 mdpl) di Argentina yang
merupakan gunung tertinggi di benua Amerika. Selain itu, Sabar Gorky
juga direncanakan mendaki Mera Peak Himalaya pada bulan April dan
menjelajahi Gurun Sahara dalam Ekspedisi Sahara pada bulan Juni. Program
pendakian ini masih dimotori Rakyat Merdeka Online.
Terbang Bersama Obor
Bagai tak kenal lelah, Sabar masih saja berkiprah. Dalam seremoni
pembukaan ASEAN Para Games (APG) VI/2011 yang digelar di Stadion Manahan
Solo, Kamis 15 Desember 2011 malam Gorky mengemban tugas. Membawa obor
APG dengan cara ekstrem ke atas stadion setinggi sekitar 20 meter
merupakan kegiatan yang dilakukan. Obor dibawanya naik menggunakan tali
dengan teknik jumaring, ke bagian atap tribun tertutup di depan podium
kehormatan. Salah perhitungan, obor dapat membakar tali dan membuatnya
terjatuh.
Kontan, orang yang hadir terkesima. Ribuan penonton
yang memenuhi stadion terdiam. Suasananya tegang, tatkala aksi terbang
dilakukan. Sabar melakukan flying fox ke tribun utara guna menyerahkan
obor kepada Memed Lesmana (atlet veteran Fespic Games ), untuk disulut
di kaldron.
Atraksi ini mengundang decak kagum para pengunjung.
”Dapat dari mana orang ini. Luar biasa. Saking terkesimanya sampai
fotografer Kemenpora lupa memfoto dan kita tak punya gambar aksi hebat
itu,” begitulah kisah Menteri Pemuda dan Olahraga Andy Malarangeng,
kepada Rakyat Merdeka Online.
Ya, benar agaknya ungkapan sang
menteri. Sabar Gorky memang luar biasa. Terlebih dalam setiap aksi, dia
menyematkan tindakan nasionalis. Sungguh kisah inspirasi sarat makna!
Mingatkan kita untuk terus berjuang dalam hidup.
Article Source:
_https://www.facebook.com/pages/Estepe/140819622782636
Tidak ada komentar:
Posting Komentar